Dari pertemuan hari ke-5 dalam diklat Calon Pengajar Praktik kali ini dibagi menjadi 2 bord yang terdiri dari 16 orang, masing - masing bord di pandu oleh narasumber dari PGP GTK yang pada kelas ini kelas 34-B dengan Ibu Sri Hastuti dari SMKN 1 Sijunjung Sumatra Barat. Diungkap juga mengenai filosofi Ki Hajar Dewantara yang menjadi landasan dalam transformasi pendidikan indonesia yang berpihak pada peserta didik. Menurut Ki Hajar Dewantara seorang pendidik harus mampu menuntun peserta didiknya yaitu mendampingi dan mengantar anak ke sebuah tujuan dengan bimbingan guru. Menuntun dalam proses pendidikan yaitu, berkolaborasi dengan anak, memberikan ruang berpikir kritis, berkebudayaan, anak melakukan refleksi dengan komunikasi yang kreatif, inovatif serta berketuhanan Yang Maha Esa.
Pendidik memiliki peran menuntun dalam sistem among menuju kodrat anak menjadi manusia beriman dan bertaqwa, merdeka lahir dan batin, budi pekerti luhur, cerdas dan berketerampilan, serta sehat jasmani dan rohani agar menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan tanah air serta manusia secara umumnya.
Dalam kurikulum merdeka disampaikan pembelajaran yang merdeka yaitu pembelajaran dengan menganut sistem among Ki Hajar Dewantara dimana pembelajaran dilakukan dengan menyenangkan dan mendorong tumbuh kembang kodrat peserta didik. Dalam hal ini bukan berarti siswa kemudian merdeka semaunya sendiri dalam melaksanakan pembelajaran tetapi tetap didampingi pendidik sebagai penuntun pembelajaran untuk menghantarkan peserta didik ke pembelajaran yang diinginkan.
Menurut Ki Hajar Dewantara juga menyampaikan kodrat bermain adalah sama dengan belajar dimana pada masa itu ki hajar mencontohkan bermain gateng, sumbar, inclang sudah belajar melatih kecepatan dan menjernihkan penglihatan dan lainnya. Permainan dakon, cublak suweng dan kubuk mendidikan anak tentang pengertian menghitung dan taksiran. Permainan gobag, trembung, panahan, jamuran, jelungan yang bersifat olahraga mendidik anak dalam hal kekuatan, keberanian.
Dalam melaksanakan pendidikan juga ditegaskan pendidikan yang berpihak / menghamba pada anak bukan diartikan anak disembah dan diutamakan segalanya, tetapi yang dimaksud disini adalah proses pendidikan yang berjalan atau sedang dijalankan menitik beratkan pada kodrat peserta didik dan diferensiasi kebutuhan dari peserta didik. Sehingga bukan hanya kita berikan dalam bentuk materi yang harus dikuasai tetapi juga dalam bentuk pemahaman pemahaman dalam kehidupan keseharian ketrampilan ketrampilan hidup yang bisa menjadi bekal peserta didik dalam kembali ke lingkungan masyarakat sekitarnya. Pendidikan yang berpihak / menghamba pada anak proses pembelajaran akan lebih menyenangkan dan bermakna. Karena peserta didik merasa bahwa seluruh proses pembelajaran itu merupakan bagian dari diri mereka, sebab segala proses pembelajaran melibatkan mereka dengan segala proses dan tahapannya, Akan tetapi Budi pekerti juga harus menjadi bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pengajaran yang kita lakukan sebagai guru. Guru harus senantiasa memberikan teladan yang baik bagi siswa-siswanya dalam mengembangkan budi pekerti. pendidik juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan di sekolah untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti/akhlak mulia kepada anak.
Menurut Ki Hajar Dewantara budi pekerti merupakan perpaduan antara gerak dan pikiran perasaan dan kehendak menimbulkan tenaga, sehingga budi pekerti menjadi cermin dalam tingkah laku kehidupan.
Anak bukan tabularasa dalam artian anak bukanlah kertas kosong yang bisa kita isi, kita coret semau kita sebagai pendidik maupun orang tua. Tetapi anak sudah memiliki bakat yang harus kita kembangkan seperti analogi biji jagung yang ditanam dan dirawat dengan baik akan menghasilkan buah yang baik, tetapi meskipun biji jagung baik tidak bisa dipaksa untuk tumbuh dan berbuah jeruk atau jambu. Begitu juga anak bukanlah kertas kosong yang bisa kita isi dengan sesuai keinginan diri kita sendiri.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, jika dianalogikan sebagai petani dalam kodrat anak. Pendidik tidak bisa dipaksa menumbuhkan padi berbuah jagung atau sebaliknya. Meskipun bijinya bagus dan tanahnya bagus pupuknya bagus tanaman akan berbuah sesuai dengan kodratnya pagi berbuah padi, jagung berbuah jagung. Begitu juga peserta didik sudah terlahir dengan kodrat yang baik dan kita tinggal mengembangkan kodrat yang dimiliki menjadi berkembang.
Sehingga Ki Hajar Dewantara menggabungkan pemahaman pendidikan yang memerdekakan menurut teori Montessori dan Frobel. Montessori mementingkan pembelajaran panca indra hingga ujung jari pun dihidupkan rasanya, menghadirkan beberapa alat untuk latihan panca indra dan semua itu bersifat pelajaran. Anak diberi kemerdekaan dengan luas, tetapi permainan tidak dipentingkan. Frobel juga menjadikan panca indra sebagai konsentrasi pembelajarannya, tetapi yang diutamakan adalah permainan anak anak, kegembiraan anak, sehingga pelajaran panca indra juga diwujudkan menjadi barang-barang yang menyenangkan anak. Namun, dalam proses pembelajarannya anak masih diperintah. Ki Hajar Dewantara dengan Taman Siswanya bisa dikatakan memakai kedua metode tersebut, akan tetapi pelajaran panca indra dan permainan aka itu tidak dipisah, yaitu dianggap satu. Sebab, salam Taman Siswa terdapat kepercayaan bahwa dalam segala tingkah laku dan segala kehidupan anak-anak tersebut sudah diisi Sang Maha Among (Pemelihara) dengan segala alat-alat yang bersifat mendidik si anak.
Menurut KHD, Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sistem Among sendiri terdiri dari dua konsep dasar yakni kodrat alam dan kemerdekaan. artinya guru itu menjaga, membina dan mendidik anak kasih saying, Peran menuntun sesuai sistem among terkandung makna bahwa setiap anak didik memiliki potensi sesuai dengan garis kodratnya. Makna dari “merdeka” belajar adalah merdeka atas diri sendiri. Minat dan bakat siswa itu harus merdeka untuk berkembang seluas mungkin. Konsep itu yang dibawa Ki Hajar Dewantara bagi bangsa ini dengan harapan tak tergerus perkembangan zaman. Konteks pendidikan Merdeka Belajar itu adalah Merdeka Bermain. Karena bermain adalah belajar, dengan bermain anak menjadi lebih senang, Dalam pembelajaran di kelas hendaknya kita juga harus memperhatikan kodrati anak yang masih suka bermain. Hendaknya guru juga memasukan unsur permainan dalam pembelajaran agar siswa senang dan tidak mudah bosan. sehingga pembelajaran bisa diintegrasikan dengan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. Kaitan filosofi dan prinsip pendidikan yang memerdekakan dengan tujuan pendidikan untuk membentuk profil Pelajar Pancasila, Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. (profil-pelajar-pancasila @ ditpsd.kemdikbud.go.id, n.d.).
No comments:
Post a Comment