Menggunakan FOSS?


Kenapa saya harus menggunakan FOSS?
Pertanyaan sederhana sebenarnya, namun menjadi sangat luar biasa ketika pertanyaan semacam itu di lontarkan oleh dosen-dosen atau tenaga pengajar yang ada di negri kita ini. Ironis memang, tapi itulah faktanya. Disaat negara-negara lain berlomba-lomba untuk mencipta, negara kita sedang asik-asiknya menjadi penikmat dan pengguna biasa saja.
Jujur saya bukan seorang yang pandai dalam hal menulis dan mengemukakan pendapat, tapi untuk kali ini saya coba untuk memberanikan diri menulis pandangan saya tentang open source dan indonesia.
Sejarah Singkat FOSS (GNU/LINUX)
FOSS sebenarnya sudah mulai di kenal sejak tahun 1960-an dan 1970-an berawal dari budaya “hacker” lewat beberapa komunitas-komunitas kecil yang ada di laboratorium komputer Stanford, Berkeley, dan lain sebagainya. Dalam komunitas kecil tersebut seluruh anggota bebas ber expresi dan mengembangkan semua aplikasi yang kemudian source code (code aslinya) di sebar luaskan atau dibagikan secara bebas kepada anggota komunitas tersebut, masalah muncul ketika masuk pada tahun-tahun 1970-1980 dimana William H. Gates atau yang lebih kita kenal dengan nama Bill gates mengeluarkan surat terbuka pada tanggal 3 februari 1976 berikut petikan isi surat tersebut :
Mengapa ini? Hobbyists harus hati hati, sebagian besar Anda mencuri perangkat lunak Anda. Perangkat keras harus dibeli, tetapi perangkat lunak menjadi sesuatu untuk dibagi. Siapa yang mau peduli jika orang yang bekerja untuk itu mengambil bayaran?
semenjak saat itulah perangkat-perangkat lunak proprietary (berbayar) mulai mengambil kesempatan, perusahaan Symbolics pun didirikan pada awal-awal tahun 80-an yang tujuannya adalah untuk mengambil kode-kode yang tersedia secara bebas dari laboratorium MIT (sebuah laboratorium kecerdasan yang didirikan oleh Artificial Intelligence). Yang kemudian kode-kode tersebut akan di jadikan proprietary atau tidak tersedia secara bebas lagi, ini artinya secara terang-terangan perusahaan symbolics ingin menghapus budaya berbagi yang sangat umum pada saat itu.
Hal itu menyebabkan richard stallman memberikan perlawanan terhadap perangkat-perangkat lunak berbayar ia mulai mendirikan project GNU (GNU is not UNIX)pada tahun 1984, dan bertekad membuat sebuah sistem operasi yang “free” tidak semulus yang di bayangkan walaupun project GNU berhasil membuat & mengeluarkan berbagai program yang berjalan pada sistem operasi, namun project GNU belum bisa membuat sebuah sistem operasinya sendiri, karena terkendala dengan bagian yang sangat penting pada sistem operasi yaitu kernel.
Project GNU baru bisa mengeluarkan sistem operasi setelah Linus Torvalds yang pada saat itu
merupakan mahasiswa tahun kedua di Universitas Helsinki membuat dan mendistribusikan kernel yang sama seperti UNIX, yang kemudian kernel itu di beri nama dengan LINUX. Sekarang kita kenal dengan nama GNU/LINUX. Dilain pihak ada beberapa project FOSS yang berjalan pada saat bersamaan yang kemudian bergabung & menjadi satu antara lain bind DNS server, sistem operasi BSD dan bahasa pemrograman perl. Sistem operasi Linux pun tumbuh dan berkembang dengan sangat pesatpuncaknya pada tahun 1999 perusahaan distributor GNU/Linux Red Hat berhasil go public.
Kesuksesan sistem operasi GNU/LINUX ini menunjukan bahwa era FOSS sudah tiba.
Nah..secara singkat bisa digambarkan begitulah sejarah FOSS sehingga berhasil mengeluarkan sistemoperasi, walaupun banyak bagian-bagian yang tidak saya tuliskan dikarenakan akan sangat panjang sekali jika di paksakan di tulis disini. Tapi paling tidak bisa menggambarkan bagaimana perjuangan para programmer-programmer FOSS untuk mengembalikan budaya yang sebenarnya. Berlandaskan pemikiran bahwa “ ilmu pengetahuan adalah milik semua “ .
sekarang mari kita menuju FOSS dan indonesia. Berbicara FOSS maka secara tidak langsung kita tetap akan berbicara tentang sebuah sistem operasi yang source codenya bebas di lihat atau bebas untuk dikembangkan atau pun bebas untuk di rusakkan demi ilmu pengetahuan dan pengembangan bersama,
sistem operasi itu bernama LINUX. Sangat banyak distribusi pengembang linux itu sendiri, mulai dari suse, mandriva (dulu mandrake), blankon (indonesia punya), dewalinux (indonesia punya), xubuntu, edubuntu,linux mint, backtrack,fedora dan yang paling mengecewakan IGOS (program pemerintah) serta ratusan-ratusan distribusi linux lainnya. Dari berbagai macam distribusi itu masing-masing memiliki basis pemaketan yang berbeda pula seperti RPM, debian,slackware, dan masih banyak lagi.
Dalam kesempatan ini saya ingin menuliskan beberapa pandangan subyektif saya tentang program IGOS (indonesia go open source) milik pemerintah yang di targetkan akan selesai pada akhir tahun 2011 ini menurut kemenkominfo. Dilain pihak kemdiknas melakukan kerjasama dengan microsoft, duahal yang sangat kon troversial ini menunjukan bahwa tidak ada koordinasi yang baik dikalangan bapak-bapak kita yang dipercayakan untuk membangun bangsa ini.
Padahal jika kita lihat pangkal dari revolusi sistem operasi ini sangat bergantung pada sistem pendidikan nasional. Banyak pendapat mengatakan bahwa mata pelajaran / mata kuliah ketika duduk dibangku pendidikan semua nyaris tidak ada yang menggunakan FOSS serta programmer-proggramer dari lembaga pendidikan indonesia di bentuk untuk mengembangkan sebuah code yang nantinya akan diarahkan pada program proprietary, dan hebatnya lagi saya menemukan pembohongan publik dilembaga pendidikan yang mengatakan bahwa mahasiswa akan menerima matakuliah sistem operasi windows/linux namun setelah saya telusuri dalam prakteknya tidak ada sama sekali membahas tentang sistem operasi linux. Bagaimana mungkin indonesia bisa go open source sementara di tatanan sistem pendidikan saja masih sangat amburadul. Kemudian hal yang tidak kalah pentingnya juga yaitu Surat Edaran Nomor 05/SE/M.KOMINFO/10/2005 yang menyerukan kepada seluruh instansi pemerintah untuk memanfaatkan penggunaan piranti lunak legal. Saya tidak akan mengatakan bagaimana faktanya disini silahkan sahabat-sahabat cek sendiri apa yang terjadi di lapangan. Dari berbagai fakta yang jelas terlihat di depan mata kita bersama tidak salah jika saya berpandangan bahwa pemerintah “tidak serius” dalam menjalankan program IGOS yang tentu saja masuk di dalam anggaran tahunan.
Sahabat boleh saja tidak sependapat dengan saya. Ini pandangan subyektifitas saya silahkan dikritik & di caci maki jika tulisan ini di anggap ngawur.
Mohon maaf jika terdapat salah-salah kata dan bahasa yang tidak tertata rapi. Semoga bisa di maklumi.
Propaganda open source :
negara-negara adi kuasa mungkin saja ingin memonopoli pasar lewat dunia IT bisa saja aktifitas kita di mata-matai lewat sistem operasi yang kita gunakan (code has been encoded) dimudahkan untuk di musnahkan persoalan sistem operasi itu hanya soal kebiasaan saja utamakan :
Keamanan (Security)
Ketersediaan/Kestabilan (Realibility/Stability)
Mengurangi ketergantungan terhadap impor
Meningkatkan kemampuan mengembangkan perangkat lunak lokal
jauhkan diri dari pelanggaran HaKI (Hak atas Kekayaan Intelektual)
jadilah user yang kritis & cerdas jangan berfikir ke belakang temand berfikirlah ke depan, biarkan yang tlah lalu-lalu menjadi budak imperialisme, jangan sampai anak cucu kita. !!

sumber : http://tux-family.com/forum/showthread.php?tid=504

No comments:

Post a Comment

Pages